Jumat, 02 September 2016

Kaulah Cinta Pertama dan Terakhirku

“Felly!!! Ada kiriman coklat dari penggemar nih!,” Seru Bram dengan juteknya.
“Ya udah, letakkin di situ aja!”
“Fel, lo hargain kenapa sih tuh penggemar?!,” Sahut Billy.
“Iya, nanti juga bakalan gue liat dari siapa. Udahlah, jangan urusin gue! Urusin aja bazz lo yang masih aburadul itu!”
“Tapi Fel, seenggaknya lo liat dulu dari siapa?!,” Sahut Bram.
“Percuma juga kalian ngerayu, dia juga bakalan terus begitu sebelum dia menyelesaikan untuk menulis lagu,” Jawab Riska dengan entengnya.
“Bram, lo urusin aja drum lo! Kemaren udah bagus, tinggal menyempurnakan aja. Fighting!”
“Daripada kalian debat, mending makan aja!,” Lanjut Deo dengan membuka bungkus coklat yang diberikan oleh penggemar kepada Felly.
Mereka adalah anggota band remaja yang memiliki ketenaran yang tidak bisa ditandingi di sekolah mereka sendiri maupun sekolah-sekolah lain. Mereka layaknya artis, hampir setiap hari dan dimanapun mereka berada, penggemar akan selau ada di sisinya. Mereka memiliki hati yang begitu lembut, tidak sombong, dan juga rendah hati di mata penggemar walaupun sikap Felly seakan tidak menghargai mereka.
“Deo, lo jangan makan melulu kenapa? Suara lo udah bener belom? Ntar, kayak lomba tahun lalu, radang tenggorokan lo hampir kambuh lagi. Tapi, untung aja masih lanjut! Coba aja kalau enggak, pasti udah kalah!”
“Santai Bram, gue udah fix kok. Liat aja, tahun ini pasti menang lagi. Karena gue mau nunjukin ke mereka, kalau band kita itu terhebat.”
“Kalau kalian cuman ngomong aja mah gampang. Tapi, coba lakuin juga!,” Seru Felly.
“Sekali-kali nantang dikit kenapa sih Fel? Lo serius melulu dari kemarin. Gara-gara lo, gue hampir mati kelaparan tahu nggak sih?! Bersyukur gue, lo masih punya hati ke kita!,” jawab Deo.
“Tahu nih, lo jadi kapten jangan sadis-sadis-sadis dong Fel!,” Lanjut Bram.
“Ok, sekarang kita coba dulu lirik ini! Coba kalian lihat dulu nada-nadanya!,” Perintah Felly dengan menyodorkan buku binder khusus musiknya.
“Haaaaaahhh???!!!,” Ucap semua anggota band dengan kaget serta raut wajah yang memelas.
“Kenapa?,” jawab Felly enteng.
“Lo gila atau gimana sih Fel? Lo ngerubah semua lirik dan juga tangga nada lagu! Sedangkan, lomba kita kurang beberapa hari lagi Felly! Apa masih kurang untuk yang kemarin? Oh, my god it’s crazy girl!,” Keluh Bram.
“Yah, gimana usaha kalian? Bekerja keraslah!,” Jawab Felly dengan menyeruput secangkir kopi yang ada di depannya. Tepatnya, di atas meja.
“Lo kalau ngomong enteng banget sih Fel?!” Bentak Deo.
“Udahlah, lakuin aja apa yang diomongin Felly. Gue yakin, dia udah mati-matian duluan buat ngerjakan ini semua. Jadi, tinggal kita aja yang berusaha!,” Seru Riska.
“Ok Fine!!!,” Bentak Bram dengan raut kecewa.
“Gue ngelakuin ini, karena saingan kita bukan orang-orang Nasional. Makanya, gue ngerubah semua konsep kita! Sebelumnya, maaf karena gue belum bilang apa-apa sama kalian terebih dahulu. Tapi, gue ngelakuin ini semua demi kebaikan band kita. Daripada kita akan malu nantinya dengan hilangnya juara tahun lalu. Lebih baik, gue menyiksa kalian dibandingkan gue harus mempermalukan kalian semua. Karena gue nggak mau, keluarga gue hancur dan frustasi karena usahanya yang gagal!”
“Gue yakin Fel, kita akan berhasil. Felly, thank you about it. Makasih juga karena lo nganggep kita sebagai keluarga lo, di sela-sela gue nganggep diri lo itu egois,” Kata Deo.
“Udahlah, gue ngerti kenapa kalian menganggap gue itu. Semakin kalian bisa menganggap gue, semakin kalian ngerti siapa gue.”
“Ya udah, kita latihan sekarang yuk!,” Ajak Bram dengan lembut.
Mereka pun memulai latihan dengan keras. Tentunya, di markas yang biasa mereka gunakan untuk menuangkan ide-ide emas mereka, emosi, dan juga rasa yang ada dalam hati mereka. Tepatnya di rumah Bram. Mereka semua adalah anak yang terlahir dari keluarga mampu. Mereka semua juga akrab dengan orangtua satu sama lain. Sehingga, saat mereka berkunjung ke rumah, mereka terasa berada di rumah sendiri.
Di tengah-tengah waktu latihan mereka, terdengar dering nada Hand Phone (HP) Bram yang tergeletak di atas meja. Namun, Bram tidak menyadari akan hal itu. Sehingga, Felly yang mengangkat teleponnya.
“Halo Bram, lo sekarang ada dimana?”
“Ini gue Felly. Bram lagi latihan drum sama anak-anak. Ada apa?”
“Ini gue Alex, sahabat Bram waktu SMP. Lo gitaris Band Pro Tecno kan? Gue mau ngundang kalian ke acara pesta ulang tahun adik gue sekarang juga. Sekalian, nunjukin kemampuan band kalian sampai dimana?”
“Ok, gue akan datang ke tempat lo sekarang juga!”
“Jl. Rambutan, no. 30 caffe Cartharis.”
“Ok!!!”
“Guys, Alex ngundang kita ke acara ulang tahun adiknya sekarang juga. Bram, gue minta maaf karena udah lancang ngangkat telepon dari HP lo!”
“Santai aja Fel. Ya udah, berangkat sekarang yuk!”
“Let’s go!!!”
Mereka bergegas pergi ke lokasi yang ditentukan. Sesampai di sana, mereka semua disambut ramah oleh Alex serta teman-temannya. Terutama Bram. Namun, sebelum mereka naik ke panggung untuk meramaikan acara pesta yang sedang berangsung. Mereka melihat band lain yang sedang tampil. Di samping itu, mereka merencanakan untuk menyanyikan lagu yang baru saja diciptakan oleh Felly sebagai tolak ukur untuk mengetahui presentase peminat atau pendengar.
Beberapa menit kemudian, Felly dan juga anggota band lainnya di temani Alex untuk berkeliling untuk melihat-lihat pemadangan sekitar yang ramai dengan orang dan juga lilin serta balon yang memperindah pemandangan pesta tersebut. Namun, seketika langkah Felly terhenti saat ia mendengar lirik lagu yang berjudul “Bintang Cinta”.
Seketika hatinya juga tersentak saat mendengar suara vokalis yaang menyanyikan lagu itu. Bola matanya pun menyapu ke seluruh sudut ruangan. Hingga akhirnya, bola mata itu berhenti tepat di atas panggung. Bergetar, membeku, panas, dingin, sesak dalam dada membuatnya terdiam serta terhenyak saat Felly mengetahuinya. Ia tertegun mendengar serta melihat akan hal itu, hingga membuat seluruh anggota band Pro Tecno ikut terhenti langkahnya.
Mata yang tertuju dengan satu arah, penuh dengan binaran kelabu telah membawa vokalis itu berjalan ke arah Felly, setelah ia meyanyikan lagunya.
“Hai Lex!”
“Hai bro, keren banget penampilan lo!”
“Makasih ya. Oh ya, apa kabar Felly? Lama nggak ketemu?”
Felly hanya terdiam dan membeku.
“Kenapa lo diam? Lo lupa sama gue setelah gue ninggalin lo tiga tahun yang lalu?”
“Kenapa dia kenal sama Felly?,” Tanya Deo.
“Lalu, apa maksudnya ninggalin itu?,” Tanya Bram.
“Kenapa, Felly nggak pernah cerita ke gue ya?,” Tanya Riska.
“Terus, kenapa mata Felly berkaca-kaca? Apakah orang itu pernah menyakiti Felly sebelumnya?,” Tanya Billy.
“Mereka berdua adalah sepasang kekasih dengan perpisahan serta kenangan yang begitu menyakitkan,” Jawab Alex seakan ia mengetahui segalanya tentang Felly dan laki-laki itu.
“Hah? Perasaan Felly nggak pernah punya pacar? Tapi, kalau mereka sepasang kekasih kenapa bisa jadi begini, harus berpisah seakan-akan tidak saling kenal?”
“Itulah mereka. Mempertahankan harga diri masing-masing membuat siksa yang begitu dalam di hati mereka berdua. Sebenarnya, mereka masih saling mencintai satu sama lain. Namun, keegoisan yang ada dalam diri mereka menghancurkan hubungan mereka. Perpisahan mereka tidak hanya di dasari oleh satu faktor saja, melainka banyak faktor. Salah satunya adalah karir. Arka meinggalkan Felly karena karirnya di New York. Sedangkan Felly tidak bisa mengendalikan pesona dirinya di depan laki-laki, sehingga membuat Arka cemas akan kesetiaan Felly. Dan, kesabaran Arka telah habis, hingga akhirnya perpisahan mereka menghasilkan sebuah alunan musik yang sama judulnya serta intinya.”
“Jadi, itu alasan Felly menutup hatinya? Gue kira, gue sudah mengerti segalanya tentang Felly. Tapi, ternyata nggak! Lo lebih mengerti dia daripada gue Lex!,” Seru Riska.
“Semengerti apapun gue tentang mereka berdua, nggak akan sepenuhnya! Mereka berdua telah mengajarkan gue artinya berusaha. Dimana, kita berani berkorban walau harus meninggalkan orang yang kita cintai sekalipun. Jika kalian masih belum percaya, coba aja lihat kalung yang di pakai Felly sama persis dengan kalung yang di pakai Arka. Itu adalah kado unniversary hubungan mereka sebelum perpisahan.”
“Jadi ini alasanya Felly menciptakan lagu dengan judul yang sama?”
“Ya, kerena pada saat kalian lomba nanti. Disanalah hari ulang tahun Arka. Dan, lagu yang kalian ciptakan adalah sebuah cerita cinta kasih Felly dengan Arka.”
“Bukan hanya pengorbanan yang Felly ajarkan ke kita. Tapi juga kesetiaan.”
“Yah, itulah mereka. Oleh karena itu, gue meniru mereka. Yaitu, meninggalkan wanita yang gue cintai serta berusaha keras untuk mencapai impian gue. Memang, terkesan akan egois dan kejam. Tapi, ada saatnya juga kita harus mencintai dan juga dicintai.”
“Keren juga mereka.”
“Amazing guys.
Di saat semua anggota band bercerita tentang kisah mereka. Felly dan juga Arka saling menyatukan rindu mereka dengan tatapan mata. Tidak hanya itu, mereka juga mengalokasikannya dengan alunan musik. Sehingga, pesta yang sedang terselenggarakan penuh dengan cinta dan juga kasih sayang.
Tidak hanya itu saja, pesta tersebut penuh dengan warna dan terasa sangat manis. Seperti halnya dengan hubungan Felly dan Arka yang kembali seperti sebelumnya. Banyak pelajaran yang didapatkan setelah kejadian ini selain pengorbanan, dan kesetiaan. Melainkan kerja keras, tekad, dan juga diam demi mendapatkan emas.