Selasa, 30 Agustus 2016

Satu Untuk Mu

Jika ada yang lebih indah dari kata benci, aku ingin membencimu setulusnya.
Pekatnya malam yang dinginnya menusuk hingga ke jantungku membuatku sulit memejamkan mata. Di balik jendela ini hanya aku dan buku gambarku terpaku membunuh malam. Hingga aku tertidur lelap di antara gelap dan pekat berjelaga di langit-langit kamarku.
Kringgg! Kringgg!
“Viko! Bangun sayang ayo mandi! Kamu harus berangkat sekolah nak” seru mama yang sedang sibuk memasak nasi goreng untukku. Tanpa berlama-lama aku bergegas mandi dan bersiap-siap. Di bawah papa dan mama sudah menungguku.
“Pagi pa, ma!” ucapku.